Agungnya Amalan Hati
Hati manusia adalah organ tubuh yang paling
vital. Keberadaan hati menjadi inti anggota badan yang lain. Sabda Rasulullah,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya di dalam tubuh ada
segumpal darah, jika dia baik, maka anggota tubuh akan baik semuanya. Jika dia
rusak, maka rusaklah anggota tubuh yang lain. Sesungguhnya itu adalah hati.” (HR al-Bukhari, no. 52 dan Muslim, no. 4178)
Demikianlah besarnya peran hati, Karena
amalan hati merupakan sesuatu yang agung dan sangat bernilai. Oleh karena itu,
edisi kali ini kami mengangkat beberapa amalan hati, yang manusia sering
melalaikannya, yaitu:
1. Ikhlas
Ikhlas adalah amalan hati yang paling menentukan, yang paling utama dan inti
dari semua amal. Ikhlas adalah hakikat agama dan kunci dakwah para Rasul. Allah
berfirman, artinya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus…” (QS. al-Bayyinah: 5)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman,
artinya, “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari
syirik).” (QS. az-Zumar: 3)
Ikhlas juga adalah inti dan ruh ibadah, ia
merupakan inti diterima atau ditolaknya suatu amal, dialah yang mengarahkan
jalan keselamatan atau kerugian. Ikhlas yang membawa ke Surga atau Neraka.
Ketika ikhlas hilang, maka pintu Neraka terbuka. Merealisasikan ikhlas berarti
Surga terbentang untuknya.
Ikhlas adalah menjadikan amal senantiasa
untuk Allah dan tidak memberikannya kepada selain-Nya.
Fudhail bin Iyadh ketika menafsirkan firman
Allah, yang artinya, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS.
al-Mulk: 2)
Beliau berkata, “Sesungguhnya suatu amalan
jika benar tetapi tidak ikhlas, maka tidak diterima. Dan jika dia ikhlas tetapi
tidak benar, maka tidak diterima. Amalan diterima jika ikhlas dan benar. Ikhlas
hanya untuk Allah semata dan benar sesuai dengan Sunnah Rasulullah, kemudian
Fudhail membaca firman Allah, yang artinya, “Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS.
al-Kahfi: 110)
2. Tawakal
Tawakal adalah penyandaran hati kepada Allah dalam meraih kemaslahatan dan
menghindari semua bahaya dengan melaksanakan sebab-sebab yang dibolehkan
syariat. Dari pengertian tawakal ini mengandung dua syarat,
Berserah diri kepada Allah dengan
sebenar-benarnya.
Melaksanakan sebab-sebab yang diijinkan
syariat.
Sesungguhnya tawakal merupakan amalan hati
yang utama dan sarana ibadah mulia yang bisa mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam al-Qur’an, perintah bertawakal sangat banyak disebutkan. Cukup kami sebut
salah satunya,
Allah berfirman, artinya, “Dan
hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (QS. al-Maidah: 23)
Dalam hadits, Rasulullah bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ
تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ
بِطَانًا
“Kalau seandainya kalian bertawakal
kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, maka Allah akan memberi rizki
kepada kalian sebagaimana Dia memberi rizki pada burung, pergi di pagi hari
dengan keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, no. 205)
3.
Rasa Takut
Rasa takut kepada Allah adalah kewajiban seorang mukmin. Allah berfirman,
artinya,“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy),
karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 175)
Syaikh as’Sa’di berkata menafsirkan ayat di
atas, “Di dalam ayat ini, menunjukan wajibnya takut kepada Allah semata, dan
sesungguhnya itu merupakan timbangan keimanan. Oleh karena itu, rasa takut
kepada Allah tergantung kepada kadar keimanan seorang hamba.”
Masih banyak dalil lainnya baik al-Qur’an
maupun Sunnah Rasulullah yang menunjukan wajibnya takut kepada Allah. Adapun
kadar kewajiban takut adalah ketika rasa takut itu membawa untuk melaksanakan
segala yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang syariat, juga membuatnya
giat melakukan amalan-amalan sunnah serta menjauhi yang makruh dan syubhat
.
4. Syukur
Syukur yaitu pengakuan atas nikmat ilahi kepada hamba-Nya
dengan mengimani-Nya dalam hati, memuji-Nya dengan lisan, serta menggunakannya
dengan anggota tubuh untuk ketaatan dan beribadah kepada-Nya. Allah berfirman,
artinya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS.
Ibrahim: 7)
Rasulullah mencontohkan bagaimana bersyukur
itu. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah shalat malam hingga kakinya pecah
dan berdarah karena lama berdiri. Dikatakan kepada beliau, ‘Kenapa Anda
melakukan demikian, bukankah dosa-dosa Anda yang telah lalu maupun yang akan
datang telah diampuni?’ Rasulullah menjawab, “Tidak bolehkah aku
menjadi hamba yang bersyukur?” (Muttafaqun ‘alaih)
Rasulullah juga mengajarkan kepada umatnya
sebuah doa untuk menolong kita agar senantiasa bersyukur,
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ
وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir
pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.” (HR. Abu Daud, no. 1524)
5.
Ridha
Ridha adalah lawan dari benci. Secara istilah ridha terdiri dari dua hal.
Pertama, ridha hamba kepada Allah dengan
tidak membenci apapun yang terjadi dari takdir-Nya.
Kedua, ridha Allah kepada seorang hamba
karena melihat hamba tersebut melaksanakan perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
6. Sabar
Amalan hati selanjutnya adalah sabar. Sesungguhnya orang-orang yang bersabar
akan selalu bersama Allah. Mereka mendapat kebaikan di dunia dan akhirat,
mereka mendapat kemenangan dan nikmat dari Allah baik yang nampak maupun yang
tidak dan Allah menjadikan kepemimpinan, bergantung kepada kesabaran dan
keyakinan sebagaimana firman Allah, artinya, “Dan Kami jadikan di
antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS.
as-Sajdah: 24)
Sabar adalah menahan diri ketika melakukan
sesuatu yang diperintahkan atau ketika meninggalkan sesuatu yang dilarang
Allah.
Para ulama membagi sabar pada 3 hal,
Sabar dalam ketaatan kepada Allah
Sabar dari bermaksiat kepada Allah
Sabar terhadap takdir Allah yang menyakitkan
Dalam al-Qur’an, sabar disebutkan sekitar
sembilan puluh ayat. Di antara ayat tersebut salah satunya adalah keberhasilan
yang diikat dengan sabar. Allah berfirman, artinya, “Hai orang-orang
yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)
7. Takwa
Takwa adalah,
الخَوفُ مِنَ الجَلِيلِ، وَالعَمَلُ
بِالتَنزِيلِ، وَالقَنَاعَةُ بِالقَلِيلِ ، وَالاِستِعدَادُ لِيَومِ الرَحِيلِ
“Rasa takut kepada yang Tinggi (Allah),
Beramal dengan apa yang telah diturunkan (al-Qur’an dan Sunnah), Menerima yang
sedikit, dan bersiap untuk menghadapi hari akhir.”
Takwa bisa juga berarti,
أَن تَعمَلَ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُورِ مِنَ
اللهِ، تَرجُو ثَوَابَ اللهِ، وَأَن تَترُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ، عَلىَ نُورٍ مِنَ
اللهِ، تَخَافُ عِقَابَ اللهِ
“Engkau melaksanakan ketaatan kepada
Allah berdasarkan tuntunan (wahyu) dari Allah karena mengharapkan pahala
dari-Nya dan meninggalkan kemaksiatan berdasarkan tuntunan (wahyu) dari Allah
karena takut siksa-Nya.”
Demikianlah beberapa contoh amalan hati.
semoga memberi manfaat. Wallahu a’lam bish shawab. (Redaksi
Alsofwah)
[Sumber: Diterjemahkan
secara bebas dan ringkas dari kitab, “Silsilah A’maalil Quluub
(Syamilah),” penulis Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid]
Hatimu Adalah Rajamu